Sabtu, 07 Februari 2009

Sebenarnya bagaimanakah sikap Mesir terhadap tragedi Gaza?

Inilah kumpulan liputannya:

Persatuan Pengacara Arab Tuduh Mesir Lepas Tangan Masalah Palestina
[ 06/02/2009 - 03:17 ]
Gaza-Infopalestina : Persatuan pengacara Arab menganggap, persyaratan Husni Mubarak untuk membuka perlintasan Rafah adalah bukti penerimaan negera tersebut atas dikte Zionis. Mereka menuduh Mesir telah berlepas diri dari kewajibannya menengahi konflik Arab-Israel. Mesir sengaja membiarkan rakyat Palestina mati karena kelaparan, sakit, atau dibantai serdadu Zionis.
Wakil Sekjen Persatuan Pengacara Arab, Abdul Azim Al-Maghribi dalam pernyataanya Jum’at (6/2) mengatakan, keputusan pemerintah Mesir yang menutup perlintasan Rafah setelah gagalnya pembicaraan di Kairo dengan gerakan Hamas terkait gencatan senjata Zionis menjelaskan bahwa pembukaan perlintasan Rafah berada pada tangan Hamas dan faksi-faksi perlawanan, dengan syarat mereka harus menerima persyaratan dari Zionis. Keputusan ini tentu tidak akan diterima dan dibenarkan dengan dalih apapun.
Ia menambahkan, pemerintah Mesir telah salah dalam sikapnya sebagai penengah dalam masalah perlintasan yang sudah disepakati pada tahun 2005 lalu antara Israel, pemerintah Palestina dan Uni Eropa. Ia mengatakan, Mesir tidak komitmen terhadap kesepakatanya. Karena Mesir bukanlah pihak yang terpisah dalam masalah ini. Dan ia tidak akan pernah komitmen dalam masalah ini.
Al-Magribi menambahkan, kesepakatan perlintasan tahun 2006 telah berakhir. Menurut undang-undang internasional, Mesir harus komitmen terhadap perjanjian tersebut dengan menganulir kesepakatanya terkait pembukaan perlintasan. Di saat justru satu setengah juta warga Gaza diambang kematian secara perlahan. Padahal Hamas telah setuju untuk bersama-sama pemerintah dalam mengatur perlintasan Rafah.
Ia menganggap kesepakatan Kamp David antara Kairo dangan Israel telah mengeluarkan Kairo dari konflik Arab-Zionis sekaligus peranya sebagai pemimpin Arab.
Ia menegaskan, pemerintah Mesir saat ini tidak merepresentasian sikap rakyatnya, apalagi bangsa Arab. Kairo saat ini hanya sebagai pelaksana dari poros Negara Arab Arab moderat yang dibentuk Amerika dan Zionis. Termasuk di dalamnya Yordania dan Saudi Arabia dalam menghadapi Iran dan Hizbullah di Suriah beserta Hamas di Palestina.
Al-Magribi membantah bila Mesir independent dalam sikapnya. Ia menyatakan, Mesir justru condong presiden yang sudah habis masa jabatany (Mahmud Abbas). Sangat memalukan bila Mesir menghalang-halangi masuknya bantuan ke Gaza yang melalui perlintasan. (asy)
Mesir Tahan Bantuan Pangan, Obat-obatan dan Darah ke Gaza
[ 07/02/2009 - 07:24 ]
Arisy – Infopalestina: Pada saat Jalur Gaza sangat membutuhkan bantuan bahan pangan dan medis setelah agresi Zionis Israel, pada saat Negara penjajah Israel dengan leluasa meloloskan sebagian bantuan untuk memperindah wajah buruk terorismenya, Negara saudara Palestina, Mesir, menghalangi masuknya bantuan dari Negara-negara Arab ke Jalur Gaza.
Ketua Asosiasi Dokter Aljazair, Dr. Baqat Barkani mengatakan, “Puluhan dokter yang dikirim ke Jalur Gaza butuh bantuan solidaritas setelah ditahan otoritas Mesir di Arisy. Darah yang dikirim dari Aljazair rusak karena tidak adanya sarana peralatan untuk menyimpan. Ini adalah kerugian kedua yang dialami Arab akibat kelemahan mereka menolong rakyatPalestina. Orang-orang Aljazair mendapati diri mereka “diborgol” karena melakukan solidaritas terhadap Palestina di satu sisi dan terbantai dengan penolakan otoritas Mesir masukanya bantuan ke Jalur Gaza di sisi lain. Banyak pihak mempertanyakan nasib bantuan ini dan bagaimana caranya memberikan bantuan yang jauh dari orang Mesir.”
Dia menambahkan, “Mesir bertanggung jawab atas rusaknya obat-obatan, bahan pangan dan darah yang hendak diberikan kepada korban luka akibat agresi Zionis Israel di Jalur Gaza. Darah yang merupakan donor dari warga Aljazair untuk membantu korban agresi, ini jumlahnya sangat banyak. Namun semua tertahan di gudang Mesir di Arisy hingga rusak.”
Sejumlah aktivis solidaritas Arab dan warga di kot Arisy, Mesir, mengatakan berton-ton bantuan pangan rusak karena ditahan terus-menerus oleh dinas keamanan Mesir dan tidak diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza. Meskipun mereka tahu bantuan pangan tersebut rusak atau hampir rusak. Para aktivis solidaritas menjelaskan bahan pangan tersebut tidak diletakan atau disimpan dalam gudang khusus atau diberikan pendingin untuk bahan pangan khusus yang membutuhkan pendingin pada derajat suhu tertentu agat awet.
Sementara itu para aktivis solidaritas yang pulang dari Jalur Gaza, setelah Mesir meminta mereka keluar secepatnya dari saja dengan dalih mencemaskan nyawa mereka, bahwa warga Jalur Gaza sangat membutuhkan pada bantuan bahan pangan yang ditahan di kota Arisy, Mesir. Sejumlah aktivis mengecam penahanan bahan pangan oleh Mesir, pada saat penjajah Israel bisa meloloskan masuknya sebagian bantuan bahan pangan ke Jalur Gaza melalui pelintasan mereka. (seto)


Tim Juru Runding Hamas Ditahan Pihak Keamanan Mesir
[ 05/02/2009 - 02:50 ]

Perlintasan Rafah yang menghubungkan antara Mesir dan Jalur Gaza
Rafah – infopalestina; -Sumber-sumber Palestina terkait hari ini, Kamis (5/2) menyebutkan bahwa pemerintah Mesir di perbatasan Rafah, antara Mesir dan Palestina, menahan tim juru runding Hamas. Tim ini adalah yang ditugaskan untuk mengadakan perundingan soal gencatan senjata di Kairo.
Sumber-sumber tersebut menjelaskan bahwa tim juru runding ditahan selama satu setengah jam di perbatasan. Pihak keamanan perlintasan juga menggeledah tas pribadi milik tim. Dan sejak berita ini ditulis, tim yang ditahan ini tidak tahu kenapa mereka harus ditahan. “”Tim juru runding sudah mengontak para pejabat Mesir di Kairo dan mereka menjanjikan akan membebaskan. Namun hingga kini belum ada tindakan konkrit dari pejabat Mesir itu,” demikian tambah sumber-sumber kepada infopalestina.
Sekedar informasi, selama ini tim juru runding Hamas yang mengadakan perundingan dengan pejabat Mesir tentang gencatan senjata, saat keluar masuk perlintasan Rafah, belum mendapatkan kendala apa-apa. (AMRais)


Mesir Tutup Rafah dan Cegah Delagasi Masuk Jalur Gaza
[ 05/02/2009 - 01:14 ]

Rafah – Infopalestina: Sumber-sumber Palestina melaporkan bahwa pihak berwenang Mesir telah menutup perbatasan Rafah pada Kamis pagi (5/2) lintas perbatasan Rafah (selatan Jalur Gaza) padahal pasien, dokter dan delegasi masih membutuhkan perlintasan itu Jalur Gaza. Ini terjadi di tengah blockade Israel terhadap wilayah tersebut.
Sumber local mengatakan pihak berwenang Mesir hari ini menghalangi delegasi dan asing memasuki Gaza melalui perlintasan Rafah. Mereka yang dilarang terdiri dari 42 anggota orang yang terdiri dari dokter, aktifis HAM dan relawan bantuan tanpa pemberitahuan penyebabnya.
Sejumlah delegasi yang tiba di Jalur Gaza menceritakan bahwa Mesir menulis sejumlah perjanjian dari para delegasi yang masuk untuk tidak tinggal di sana setelah tanggal 5 Februari.
Keputusan Mesir ini dilakukan pada saat saat sejumlah pihak internasional menyampaikan permintaan, khususnya badan kemanusiaan agar Mesir mengakhiri blockade terhadap Jalur Gaza, khususnya setelah agresi Israel ke sana serta membuka seluruh gerbang perlintasan secara penuh dan permanent, terutama perlintasan Rafah di Mesir. (bn-bsyr)


Mesir Hancurkan 13 Terowongan di Perbatasan Gaza
[ 03/02/2009 - 11:15 ]

Gaza/Paltimes – Infopalestina: Sumber-sumber Palestina dan warga Palestina di dekat perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir mengatakan otoritas Mesir, Senin (02/01), meledakan lebih dari 10 terowongan yang menghubungkan tanah Mesir dengan Jalur Gaza. Sebelumnya pemerintah Mesir telah memasang kamera di sepanjang perbatasan dengan Gaza.
Ratusan terowongan tersebar di sepanjang perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza. Terowongan ini digunakan orang-orang Palestina untuk memasukkan bahan makan agar mereka bisa menghadapi blockade yang mencekik mereka. Selama agresi ke Jalur Gaza, pasukan Zionis Israel telah menghancurkan separoh dari terowongan yang ada.
Warga Palestina dekat perbatasan memperkirakan jumlah terowongan yang diledakan otoritas Mesir sebanyak 13 terowongan. Mereka mengatakan mendengar bunyi ledakan berturut-turut akibat peledakan tersebut.
Sumber-sumber Palestina mengatakan, pihak keamanan Mesir memperketat prosedur keamanan dan sengaja meledakan terowongan-terowongan tersebut begitu diketahui.
Langkah ini terjadi sehari setelah pihak Kairo memasang kamera pemantau dan alat peringatan di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza, sebagai upaya untuk memerangi menyebarnya terowongan yang dikatakan Tel Aviv sebagiannya digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Jalur Gaza. (seto)


Mesir Tolak Buka Perbatasan Rafah
Oleh: Tim dakwatuna.com

dakwatuna.com- Jakarta - Salah satu misi kunjungan Hidayat Nur Wahid bersafari ke Timur Tengah adalah melobi pemerintah Mesir untuk membuka pintu Rafah. Namun misi itu gagal, bahkan Presiden Mesir Husni Mubarak menolak memenuhi undangan pertemuan dengan Ketua MPR-RI dan 13 pemimpin negara Arab.
“Kami berusaha menemui Presiden Mesir, namun beliau tidak bersedia ditemui dengan alasan waktunya tidak tepat,” kata Hidayat di Kantor DPD, Senayan, Jakarta, Jumat (9/1/2009).
Namun demikian beliau berhasil mengadakan pertemuan langsung dengan 13 pimpinan negara-negara Timur Tengah. Hasil pertemuan adalah kesepakatan melanjutkan lobi dan tekanan pada pemerintah Mesir agar bersedia membuka pintu perbatasannya dengan Palestina di Rafah bagi para sukarelawan kemanusiaan.
Perbatasan Rafah merupakan satu-satunya jalur menuju Palestina yang tidak dijaga oleh militer Israel. Oleh karenanya jalur ini menjadi harapan para sukarelawan dari segala penjuru dunia untuk bisa menyampaikan bantuan mereka pada rakyat Palestina.
Sayangnya pihak Mesir berkeras tidak bersedia membuka gerbang Rafah kecuali ada persetujuan dari pihak Israel. Tanpa ada jaminan keselamatan dari Israel, maka gerbang Rafah tetap tertutup baik bagi warga Palestina yang berusaha keluar dari blokade atau masuknya bantuan kemanusiaan dari berbagai penjuru dunia ke Jalur Gaza.
Sementara itu puluhan aktivis Persaudaraan Muslimah Indonesia (SALIMAH) menggelar unjuk rasa di kedutaan besar pemerintah Mesir.
Wiryaningsih, ketua umum Persaudaraan Muslimah Indonesia, mengatakan Mesir tidak kunjung membuka perbatasannya di Rafah bagi para sukarelawan untuk memasuki Palestina. Alasannya daerah perbatasan yang dijaga tentara Mesir dan PBB tersebut juga tidak luput dari serangan udara Israel.usai diterima perwakilan Kedutaan Besar Mesir di kantor Kedutaan Besar Mesir, di Jl Teuku Umar, Jakarta, Jumat (9/1/2009).
“Pintu itu ditutup karena sering terjadi serangan udara di perbatasan. Tapi mereka bilang 6 bulan terakhir sudah mengirim bantuan lewat perbatasan itu,” ujar dia mengutip jawaban yang dia terima.
Menurutnya, prioritas utama pada sukarelawan ini adalah menyelamatkan ratusan anak-anak dan perempuan korban serangan militer Israel. Sejumlah spanduk menuntut penyelamatan anak-anak Palestina dibawa dalam unjuk rasa yang berlangsung tertib ini.
Ketika dunia, tanpa kecuali mengutuk serangan biadab Zionis Israel, bahkan negara sosialis, Venuzuela mengusir dubes Israil berikut pegawainya, mengapa Mesir masih tutup telinga dan tidak mau membuka pintu Rafah? Setiap umat yang masih mempunyai hati nurani hendaknya tergerakkan untuk membantu korban perang, anak-anak yang tidak berdosa, wanita yang tidak berdaya. Segera buka pintu perbatasan Rafah wahai penguasa Mesir! (detik/ut)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar